Jauh-jauh hari Imam Syafii telah berseru untuk hijrah, “Pergilah dari rumahmu demi lima faedah, yaitu menghilangkan kejenuhan, mencari bekal hidup, mencari ilmu, mencari teman, dan belajar tatakrama.” Bukan sekedar menganjurkan, Imam Syafii juga melakukan. Terlahir di Palestina, kemudian ia hijrah ke Madinah, Irak, dan Mesir.” Alhamdulillah, saya dan keluarga pernah menziarahi makamnya di Mesir.
Menyikapi hijrah dan menjelajah, Imam Syafii pernah menuliskan seuntai perumpamaan yang indah, “Air akan bening dan layak minum, jika ia mengalir. Singa akan beroleh mangsa, jika ia meninggalkan sarangnya. Anak panah akan beroleh sasaran, jika ia meninggalkan busurnya. Nah, manusia akan beroleh derajat mulia, jika ia meninggalkan tempat aslinya dan mendapatkan tempat barunya. Bagaikan emas yang terangkat dari tempat asalnya.”
Ingatlah, rezeki itu perlu dijemput.
- Kadang rezeki orang di negeri kita.
- Kadang rezeki kita di negeri orang.
Lagi pula, hijrah dan menjelajah telah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu. Boleh dibilang, hampir semua nabi, temasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Yakub, dan Musa. Nabi Muhammad sendiri, sebelum hijrah ke Madinah, pernah hijrah ke Taif namun tertolak oleh penduduk Taif. Abdurrahman bin Auf pernah hijrah ke Afrika dan Taif. Saad bin Abi Waqqash kemudian hijrah ke China. Adapun Isa lahir di Bethlehem,Palestina. Ketika kecil, Isa bersama ibunya pernah hijrah ke Mesir.
Sedemikian pentingnya hijrah, sampai-sampai para sahabat menjadikan peristiwa hijrah sebagai tonggak kalender, bukan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Nuzul Al-Qur’an, atau peristiwa bersejarah lainnya. Ayo hijrah! Ayo merantau!
Sumber : http://seminarmotivasiindonesia.blogspot.com/2015/05/perantau.html?m=0